Senin, 19 Mei 2014

KITA SELAMANYA

Awal pertemanan KITA di awali dari tahun 1998 dimana KITA masih duduk di bangku sekolah dasar, entah kenapa kami ber4 menjadi teman yang hingga layak saudara kandung 1 sama lain. Begitu banyak kenangan 0 kenangan yang kami lewati bersama, sedih, senang, hingga galau kami semua sudah pernah melewati semua itu, sampai kebiasan buruk dari 1 sama lain kami telah mengerti, apalagi soal hubungan Asmara tidak perlu di tanya KITA semua telah mengetahui type dari masing-masing sahabat. 

Sampai pada saatya kami terpisah karna peselihan antara kekasih teman kami dengan salah satu sahabat kami yang mengakibatkan permusuhan antara 1 sama lain hampir 1 tahun lebih hali itu terjadi pada KITA, dalam hati kecil saya menanggis karena mungkin ini akhir dari pertemanan KITA, hingga tradisi ulang tahun yang dulu tidak pernah absen untuk dilakukan untuk waktu itu hal itu tidak dilakukan sangat sedih sekali KITA jika mengingat hal itu, 

Namun hal itu kini telah berlalu dan pada tanggal 17 agustus 2013 tepat dimana Bangsa ini merayakan hari kemerdekannya,begitu juga persahabatan kami yang telah merdeka hingga kami membuat palnning untuk tahun 2014 " JALAN-JALAN MEN "

Destination 1 adalah Puncak Gunung Pangrango

Destination 2 adalah Pulau Pari

Destination 3 Ujung Genteng

Destination 4 BALI

namun saat ini kami baru mencapau destination ke 2 dan sedang ingin melanjutkan ke destination ke 3.



Berita Tanah Air Di Luar Sana

Kepada
Indonesian Mulim Society in America
Attn: Mas Arief Iswanto

Assalamu’alaikum wr. wb.
Alhamdulillah, terima kasih atas email dari mas Arief Iswanto – President of Indonesian Muslim Society in America.
Saya bangga dan terkesima ketika Riri Arthakusuma menceritakan kepada saya tentang bagaimana semangatnya saudara – saudara kita di Amerika membangun ukhuwah dan perjuangan melalui IMSA.
Mas Arief, di Indonesia kita memiliki wadah perjuangan yang serupa IMSA yaitu Indonesian Islamic Business Forum (IIBF) yang hari ini beranggotakan lebih dari 40.000 pengusaha di negeri kita. IIBF ada dengan misi besar menumbuhkan semangat para pengusaha di Indonesia untuk membangun ekonomi, mengambil bagian dalam memperjuangkan masa depan bangsa Indonesia, dengan tetap membangun jati dirinya sebagai muslim sejati.
Hari ini, bersama dengan seluruh komponen yang ada di negeri kita, IIBF menjadi salah satu lokomotif dalam gerakan “Beli Indonesia”, sebuah gerakan yang insya Allah sedang dalam perjalanan menjadi mainstream baru gerakan – gerakan yang ada di Indonesia.
Mas Arief, gerakan Beli Indonesia lahir karena keprihatinan bangsa kita atas dominasi asing yang luar biasa di negeri kita. Bukan hanya sumber daya alam yang hampir seluruhnya dikuasai asing, bukan hanya bahan – bahan mentah yang setiap hari keluar dari negeri kita tanpa kendali, tetapi juga pasar dalam negeri Indonesia yang begitu besar hari ini tidak memberikan makna bagi anak – anak bangsa kita sendiri. Produk – produk anak bangsa berguguran setiap hari, satu persatu industri strategis tidak mampu lagi beroperasi. IPTN yang telah lama mas Arief dengar hari ini tidak sehebat dulu, setelah IMF meminta bangsa kita untuk menghentikan proyek IPTN pada tahun 1997, di negeri kita lebih banyak terdengar pembelian pesawat ke luar negeri, bahkan membeli ke China berpuluh – puluh pesawat yang jauh lebih buruk dari yang kita bisa buat.
Mas Arief, perekonomian kita tumbuh 6.5 persen tahun lalu, tapi pertumbuhan itu terjadinya lebih banyak di sektor pertambangan yang semakin hari semakin besar eksploitasinya di negeri kita, sementara pada saat yang sama petani – petani kentang di Dieng tidak bisa menjual kentangnya karena kentang dari luar negeri membanjiri pasar, juga petani bawang di brebes membuang semua hasil pertaniannya ke jalan – jalan karena frustasi tidak bisa menjual bawangnya, bahkan petani garam hari ini harus menumpuk garam – garamnya karena garam impor membanjiri pasar dengan tanpa kendali.
Sebagai catatan mas Arief, hari ini industri tekstil 80% dikuasai produk asing, farmasi 80% dikuasai asing, industri teknologi 92% asing.
Beli Indonesia, sama sekali bukan gerakan anti asing. Ini adalah gerakan untuk menumbuhkan kesadaraan tentang pentingnya pembelaan kepada bangsa sendiri di tengah-tengah hiruk pikuknya globalisasi.
Ketika saya mendengar tentang IMSA, saya ingin sekali bertemu, saya ingin belajar dan merasakan bagaimana membangun semangat ke-Indonesia-an disana, saya ingin mendengar nasehat dari saudara – saudara sebangsa yang ada di amerika tentang apa yang harus kita lakukan di negeri kita, bagaimana membebaskan bangsa kita dari perbudakan.
Saya menunggu beberapa hari terakhir konfirmasi tentang acara itu, namun barangkali Allah berkehendak lain, saya telah mengkonfirmasi untuk agenda di dalam negeri pada saat yang sama. Insya Allah lain kesempatan saya akan silaturahmi ke IMSA. Agenda terdekat saya ke US adalah bulan February 2013, Saya mengikuti pameran di New York, lanjut untuk ketemu dengan Hillary Clinton di Washington DC pada tanggal 20an February.
 Mas Arief, Sampaikan salam hormat saya untuk saudara – saudara muslim Indonesia di Amerika Serikat. Semoga Allah swt senantiasa membimbing kita dalam perjalanan kita untuk kembali kepadaNya.
Untuk Riri Arthakusuma dan mbak Karlina, terima kasih atas segala upaya yang telah dilakukan. Percayalah, tidak ada perjuangan yang sia-sia, Allah bersama orang – orang seperti kalian.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
.
Heppy Trenggono
.
Pemimpin Gerakan Beli Indonesia
President Indonesian Islamic Business Forum

Kutipan Anak Pesisir Oetara

Wisata pesisir Jakarta Utara

Kotamadya Jakarta Utara, yang letak wilayahnya berada di pesisir pantai memiliki nilai tambah tersendiri dalam menggali dan mengembangkan potensi wisata yang sangat menarik, tidak saja bagi masyarakat Jakarta, tetapi bagi masyarakat luas Indonesia. Dengan 12 Jalur Destinasi Wisata Pesisir-nya, Jakarta Utara memiliki wisata yang beragam, dari wisata budaya, wisata religi, wisata belanja-kuliner, wisata rekreasi-olahraga air dan wisata alam-eko wisata.
Ke-12 Jalur Destinasi Wisata Pesisir Jakarta Utara yaitu :
1. Taman Suaka Margasatwa Muara Angke
2. Sentra Perikanan Muara Angke
3. Kawasan Sunda Kelapa
4. Kampung Luar Batang
5. Taman Impian Jaya Ancol
6. Bahtera Jaya Ancol
7. Stasiun Tanjung Priok
8. Jakarta Islamic Centre
9. Kampung Tugu
10. Kampung Marunda
11. Pusat Belanja Mangga Dua
12. Pusat Belanja Kelapa Gading
Taman Suaka Margasatwa Muara Angke, berada di dalam kawasan perumahan PIK (Pantai Indah Kapuk). Merupakan kawasan konservasi alam, dimana setiap pengunjung diwajibkan membawa surat izin masuk atau Simaksi (Surat Ijin Masuk Kawasan Konservasi). Terkenal dengan hutan alamnya dan terdapat beberapa spesies hewan, seperti biawak, burung dan monyet. Tidak jauh dari lokasi inipun dan masih dalam kawasan PIK, terdapat hutan mangrove yang terkenal dengan nama Kawasan Eko Wisata Mangrove Tol Sedyatmo Jakarta. Dengan luasnya yang 95,5 hektar, kawasan ini sangat menarik menjadi tempat pendidikan bagi para pelajar untuk mengenal secara lengkap tanaman mangrove.
Sentra Perikanan Muara Angke atau dikenal juga dengan kawasan Pemukiman Nelayan, sangat terkenal dengan penghasil ikan dan wisata kuliner seafood-nya. Pusat dan pelelangan ikan, yang sangat ramai dikunjungi masyarakat Jakarta dan sekitarnya. Mencari ikan untuk dijual lagi, persediaan restoran atau untuk acara-acara tertentu, tempat ini paling ideal untuk dikunjungi. Tidak saja karena ikannya yang bervariasi, tetapi harga yang relatif murah, menjadikan tempat ini sebagai tujuan belanja dan kuliner yang terkenal di Jakarta. Berlokasi tidak jauh dari perumahan Pluit dan Muara Karang, cukup mudah menjangkau dan menuju lokasi Muara Angke.

Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta
Kawasan Sunda Kelapa dengan beberapa lokasi wisata yang saling berdekatan, juga menjadi tempat menarik yang patut dikunjungi. Dari Pelabuhan Sunda Kelapa, Museum Bahari dan Menara Syahbandar, termasuk juga Gedung Galangan VOC. Kawasan ini memiliki sejarah yang sangat tinggi, sebagai kawasan pendukung perekonomian masa kolonial Hindia Belanda, yang sampai saat ini menjadikan kawasan sekitarnya yang kita kenal dengan Kota Tua dan Kawasan Jakarta Kota tetap ramai dan menjadi salah satu pusat bisnis teramai di Jakarta.
Taman Impian Jaya Ancol, siapa tak kenal dengan kawasan wisata ini. Orang Jakarta, pastinya sudah semua mengunjungi lokasi wisata ini, terkenal dengan pantainya, Dunia Fantasi, Gelanggang Samudera, Sea World, Atlantis, Hysteria, dan berbagai arena hiburan lainnya. Berbagai tempat kuliner, hotel dan sarana olahraga tersedia lengkap di kawasan Taman Impian Jaya Ancol. Demikian pula dengan Bahtera Jaya Ancol, sebagai tempat olahraga air yang sangat terkenal, penyewaan kapal untuk mancing atau wisata. Marina Ancol sebagai pelabuhan untuk berwisata menuju pulau-pulau yang ada di Kepulauan Seribu, dengan memiliki 23 dermaga.

Sentra bisnis Jl. Mangga Dua Raya
Sentra Perdagangan Mangga Dua, tentunya lokasi ini sudah dikenal luas masyarakat Indonesia dan sampai mancanegara mengenal sebagai pusat perdagangan yang lengkap dan sangat ramai. Terdapat beberapa pusat / gedung perdagangan modern yang dapat kita kunjungi, dari pusat fashion, elektronik-komputer, otomotif, bahan bangunan, tekstil dan mall sebagai pusat rekreasi keluarga dan kuliner. Demikian pula dengan sentra bisnis atau pusat belanja Kelapa Gading, yang semakin marak dan berkembang, dengan bertumbuhnya pusat-pusat bisnis modern yang lengkap. Sebagai sarana wisata belanja, rekreasi dan kuliner, Kelapa Gading tidak kenal sepi, dan semakin menarik untuk dikunjungi. (http://www.promolagi.com)

Kutipan Anak Pesisir Part 1

Filosofi


Kabupaten Pesisir Selatan, sebelah utara berbatasan dengan Kota Padang, sebelah timur dengan Kabupaten Solok dan Provinsi Jambi, sebelah selatan dengan Provinsi Bengkulu dan sebelah barat dengan Samudera Indonesia.
Kabupaten Pesisir Selatan terletak di pinggir pantai, dengan garis pantai sepanjang 218 kilometer Topografinya terdiri dari dataran, gunung dan perbukitan yang merupakan perpanjangan gugusan Bukit Barisan. Berdasarkan penggunaan lahan, 45,29 persen wilayah terdiri dari hutan, termasuk kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, Cagar Alam Koto XI Tarusan, dan rawa gambut. [2]

Sejarah

Nama Pesisir Selatan berasal dari nama daerah ini pada masa penjajahan Belanda, afdeling zuid beneden landen (dataran rendah bagian selatan). Ketika itu pada tahun 1903 wilayah Bandar Sepuluh Inderapura dan Kerinci menjadi afdeeling yang dipimpin asisten residen yang berkedudukan di Inderapura sebagai pusat pemerintahan.
Melalui UU no 12 Tahun 1956 daerah ini menjadi kabupaten Pesisir Selatan Kerinci. Tahun 1957 dengan lepasnya Kerinci menjadi kabupaten sendiri di bawah provinsi Jambi, namanya berubah menjadi Pesisir Selatan saja.


Objek Wisata

Pesisir Selatan memiliki panorama alam yang cukup cantik dan mempesona. Kawasan Mandeh misalnya, sekarang kawasaan wisata ini oleh pemerintah pusat masuk dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional (RIPPNAS) mewakili kawasan barat Indonesia. Kawasan wisata potensial lainnya adalah Jembatan Akar, Water Pall Bayang Sani, Cerocok Beach Painan, Bukit Langkisau, Nyiur Melambai serta sejumlah objek wisata sejarah, seperti Pulau Cingkuak (Cengco), Peninggalan Kerajaan Inderapura dan Rumah Gadang Mandeh Rubiah Lunang. Bila semua potensi pariwisata Pesisir Selatan tersebut dapat diekelola secara profesional tentu akan jadi sumber PAD andalan daerah di masa mendatang. Untuk itu pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan membuka diri selebar lebarnya kepada investor yang berminat menanamkan modatnya di daerah ini. Di Pesisir Selatan banyak terdapat objek wisata baik objek wisata alam maupun wisata sejarah dan budaya. Ada beberapa objek wisata yang terkenal, antara lain:
  1. Bendungan Amping Parak Timur (Teratak Panas)
  2. Pantai Mandeh, Pantai Batu Kalang dan Taluak Sikulo (Tarusan)
  3. Pulau Keong (Batang Kapas)
  4. Pulau Cubadak
  5. Jembatan Akar (Bayang Utara)
  6. Air Terjun Bayang Sani (Bayang)
  7. Puncak Langkisau (Painan)
  8. Pantai Carocok (Painan)
  9. Benteng Portugis di Pulau Cingkuk (Painan)
  10. Bekas pertambangan emas di Salido
  11. Pantai Pasir Putih di Kambang
  12. Puing-puing Istana Kerajaan Inderapura di Muaro Sakai (Inderapura)
  13. Istana Mande Rubiah di Lunang
  14. Sako di Tapan
  15. Air Terjun Telun Berasap di Malepang Tapan
  16. Air Terjun Malaca di Panadah Tapan
  17. Pantai Sembungo Indah di Silaut
Dan banyak tempat wisata lainnya yang bisa dikunjungi.

Jelajah Anak Rawa Part 2

Rawa Jombor, Harmoni Karamba dan Kuliner Apung


Rawa Jombor dan Hamparan Bambu Karambanya

Tidak banyak rawa alami yang seeksotis Rawa Jombor. Rawa yang berlokasi di Desa Krakitan, Kec. Bayat, Kab Klaten bisa dikatakan lengkap sebagai sebuah destinasi untuk dikunjungi wisatawan. Silakan Anda di sana terserah mau melakukan wisata alam, wisata kuliner, wisata hobi, wisata mistis, atau wisata sosial bahkan wisata pacaran sekalipun :D. Semuanya dapat Anda lakukan sesuai kebutuhan dan keinginan.            Dan, saya memilih untuk sekedar berwisata alam.
Datang pagi-pagi ke Rawa Jombor sendirian tanpa direncanakan setelah mengantarkan paman ke Bandara Adi Sucipto. “Mumpung Minggu pagi” menjadi motivasi untuk ‘mblandhang’ ke sana tanpa basa-basi. Ini bisa dianggap sebagai lampah-lampah ra jelas, tanpa rencana tanpa alokasi. Sekitar 45 menit dari Yogyakarta saya tempuh pada jarak 25 km, santai.
Sesampai di gapura sekaligus tempat retribusi, saya tak perlu membayar. Saya cukup mengeluarkan senyum murah tebar pesona, langsung dipersilakan masuk. Tentunya dengan sedikit tancap gas. (Maafkan saya Pemda Klaten, saya tidak ikut menyumbang PAD kabupaten anda, :P). Andaikan saya patuh, saya harus membayar retribusi sekitar 4.000 – 5.000 rupiah. Hanya saja, menurut saya ini overcosting. Kawasan Rawa Jombor tidak terlalu dirawat dan disediakan fasilitas umum. Sungguh sangat disayangkan.
Mengelilingi Rawa Jombor lantas menjadi pilihan saya. Itu cukup mudah dan ramah. Terdapat jalan di sepanjang tepian rawa, mengitari sekitar 7,5 kilometer jauhnya.  Jalan itu tidak beraspal mulus, tapi cukuplah nyaman untuk menikmati suasana di pagi yang cerah. Bagi Anda yang ingin bersepeda ria mengolah raga, pilihan berkeliling sangat disarankan. Tampak beberapa orang tekun mengayuh sepedanya. Mereka sepertinya berasal dari kota dilihat dari tipikalnya. Santai menjalani pagi Rawa Jombor, melepaskan penat yang mereka bawa dari kota.
Demikian juga dengan saya. Escape from Jogja membuang lelah karena aktivitas selama sepekan yang membosankan. Saya benar-benar terhibur dengan sajian alam Rawa Jombor beserta dinamikanya.
Panorama Rawa Jombor dengan Ladang Pertaniannya
Paling mendasar dan standar, menyaksikan Rawa Jombor berarti melihat rawa seluas 198 hektar. Cukup luas bagi mata saya, dimana titik seberang tak jelas lagi untuk dipandang. Deretan Pegunungan Seribu tampak kokoh menjadi batas dinding menutupi cakrawala. Meski sejatinya, ia masih jauh keberadaannya. Perpaduan pegunungan dengan rawa cukup memberikan warna yang serasi dalam keindahan lukisan alam Rawa Jombor.
Kondisi Rawa Jombor tidaklah monoton, tidak hanya berkutat pada kubangan air yang luas saja. Ia malah lebih kaya oleh konten-konten yang memenuhi rawa. Enceng gondok yang bebas tumbuh liar, lahan pertanian warga di tepiannya, karamba milik masyarakat di tengahnya, warung-warung apung untuk usaha serta tanah endapan dari sungai yang mampir padanya. Mungkin sebagian pihak, konten-konten itu menyebalkan, mengganggu volume tampungan air Rawa Jombor. Terlebih yang memfungsikannya sebagai sumber irigasi air untuk pertanian. Tapi, bagi saya, Rawa Jombor yang seperti demikian telah nyata menjadi ’takdirnya’. Ia telah cukup eksotis untuk dibidik mata dan diabadikan kamera.

Dua ibu renta bersemangat ke ladangnya di tepian Rawa Jombor

Kubangan air yang masih tersisa

Enceng gondok di kejauhan

Karamba dan ‘Hamparan Bambu’
Geliat masyarakat setempat tak boleh diabaikan eksistensinya. Ini bisa sebagai pemerkaya makna kehadiran kita di sana. Rawa Jombor menjadi tempat beradanya karamba-karamba masyarakat yang begitu banyaknya. Sehingga menutupi sepanjang sisi di selatan dan timurnya. Karamba-karamba ini disekat-sekat oleh pagar-pagar bambu dibagi sesuai dengan hak kepemilikan ruangnya. Realitas ini menjadikannya, dalam bingkai panorama, ia nampak seperti kubangan air yang secara kodrat ditumbuhi oleh hamparan bambu-bambu yang begitu luasnya. Padahal, itu adalah rekayasa manusia.
Ada dinamika yang menggugah rasa. Saya menyaksikan seorang Bapak pergi bersemangat ke ruang karambanya. Dia sekedar menggunakan ‘gethek’. Sederhana tapi itulah yang paling efisien dan efektif. Ia sampai di pintu karamba. Lalu, masuklah ia ke karambanya, memberi makan kepada para penghuninya seperti nila, bawal, gurami dan sejenisnya. Dia pasti menaruh harapan besar pada piaraannya sebagai bekal ia bertahan dalam kehidupannya, sembari mengintip dia mengumpulkan modal untuk berinvestasi dunia dan akhirat. Maksudnya, mengumpulkan uang membeli aset seperti motor, membiayai pendidikan anak, dan atau pergi haji ke Mekkah. Karamba itu menjadi cerita tentang sandaran ekonomi baginya dan keluarganya.

Seorang Bapak dan anaknya. Potret optimis realitas warga setempat
Bapak itu memunguti enceng gondok yang dirasa mengganggu keberlangsungan karambanya. Ia bawa keluar dan memasukkannya ke dalam keranjang di sampingnya. Mungkin, enceng gondok itu akan dibawanya pulang untuk pakan ternak atau untuk diolah menjadi kerajinan atau juga hanya sekedar dibuang, disisihkan. Saya pun tidak cukup tahu, hanya berprasangka. Lalu, ia keluar, menyapa rekan tetangganya yang juga sama-sama melakukan aktivitas sepertinya. Ia kembali mendarat dengan muka yang ceria dan bersahaja, langsung disambut anak SD nya yang riang dan setia menunggu di tepian rawa.  Sesungguhnya, ada puluhan Bapak dan pemuda lainnya yang seperti dia di Rawa Jombor pada pagi itu. Semua bersemangat menyongsong pagi meraih rezeki dan menjaga silaturahmi.


Hamparan karamba dan penghuni di dalamnya. Rutinitas hidup masyarakat
Tidak sekedar memberi makan piaraan atau mengambil enceng gondok, beraktivitas di karamba bisa jadi sekedar memancing saja. Pemiliknya memancing di karambanya dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan lauknya atau mengambil ikan untuk dijual ke warung apung atau pasar. Namun, bisa jadi ia hanya untuk sekedar relaksasi diri di pagi hari. Sepertinya, Anda bisa turut mengalami sensasi memancing di karamba penduduk. Tentunya dengan menghubungi pemiliknya langsung dan menyetujui term of condition nya. :P

Memancing di tengah Karamba. Geliat warga kala Minggu pagi

Puas menyesap pagi dengan mendalami aktivitas masyarakat di karamba-karambanya, saya melanjutkan perjalanan lagi. Kali ini saya menyempurnakan putaran berkeliling tepian Rawa Jombor. Rasanya tidak sempurna kalau ke Rawa Jombor tidak mengelilinginya. Tampak di salah satu titik, alat-alat berat sedang mengeruk tanah di Rawa Jombor. Maksudnya adalah untuk normalisasi kawasan Rawa Jombor sebagai daerah penyimpan air. Ini proyek pemerintah, untuk menjamin dan mengendalikan ketersediaan air untuk irigasi pertanian di daerah Klaten dan sekitarnya.
Warung Apung
               Kini saya sampai di kawasan warung apung. Artinya, saya sudah hampir melengkapi putaran saya berkeliling di Rawa Jombor. Warung apung ini sangat diandalkan pemerintah daerah dan masyarakat Klaten sebagai destinasi wisata, khususnya wisata kuliner. Keberadaannya sesungguhnya sangat menarik. Meskipun hanya sekedar sebuah bangunan yang mengapung di atas air, tetapi ia tetap memberikan daya tarik tersendiri dengan suasana yang elegan untuk bersantai melepas lelah.


Warung Apung, menghadirkan nuansa kuliner
Konsep warung apung di Rawa Jombor adalah dengan mengikat beratus-ratus drum kosong kemudian diberi alas kayu dan atap sehingga mirip seperti bangunan semi permanen. Kemudian diapungkan sedikit ke tengah rawa kira-kira 20-30 meter dari tepi rawa. Untuk menuju warung apung, Anda memiliki dua pilihan. Bisa dengan menggunakan rakit atau perahu yang ditarik dengan tali di kedua sisi. Ataupun bisa dengan berjalan melalui jembatan apung yang disediakan.
Di warung apung Rawa Jombor ini, Anda bisa menikmati sensasi memancing. Pengelola warung menyediakan alat untuk memancing beserta umpannya. Bila beruntung anda bisa mendapatkan ikan dalam ukuran besar, tetapi jangan terlalu optimis karena kebanyakan orang yang mencoba hanya mendapatkan ikan yang berukuran kecil. Barangkali ini sebuah strategi agar ikan yang didapat dari karamba masyarakat bisa laku. Alih-alih dengan ikan di kolam warungnya yang hanya dimaksudkan untuk pelengkap nuansa warung apung.

Warung Apung Rawa Jombor berlatar belakang Pegunungan Seribu
Namun, sesungguhnya saya tidak mampir kesatupun warung apung itu. Saya hanya mengamati dari kejauhan. Saya rasa itu sudah cukup menghibur terlebih harus menyesuaikan maksud jalan-jalan saya yang berkategori ‘lampah-lampah rajelas’ pagi itu :). Bagi Anda yang berkunjung ke sana, tetap disarankan untuk menjajal kuliner warung apungnya. Kata orang, rasanya enak mantap apalagi tergolong segar karena diambil dari sumbernya langsung di rawa. Dan, tentunya demi membantu menggerakkan roda perekonomian masyarakat setempat. Ada hidangan-hidangan lezat kuliner yang bisa dilahap, berupa ikan nila bakar, bawal bakar, lele bakar, udang air tawar, dan masih banyak hidangan ikan air tawar yang dimasak dengan bumbu khas daerah sekitar.
Yang perlu diketahui, di Rawa Jombor tidak melulu rawa, karamba dan warung apungnya. Ada obyek lain yang patut dikunjungi sesuai maksud dan tujuannya, yakni Sendang Bulus Jimbung, Bukit Sidogura, Gua Kendil dan Gua Payung serta Rumah Minangkabau. Paling fenomenal adalah Sendang Bulus Jimbung yang diperuntukkan bagi para ‘ngalap hunter’. Ada seekor bulus yang hidup di sendang, yang dipercaya kalangan tertentu membawa berkah. Percaya tidaknya bukan urusan saya, terserah Anda :P. Bagi Anda yang suka menikmati tradisi perayaan setempat, Anda bisa mengikuti tradisi Syawalan setiap tujuh hari setelah Lebaran. Biasanya sangat meriah dipadati oleh para pengunjung, selain tentunya masyarakat setempat. Tradisi ini didahului kirab dari Sendang Bulus Jimbung dan diakhiri rebutan ketupat di Bukit Sidogura. Menarik sepertinya untuk diikuti.
Mengakses ke Rawa Jombor bukanlah pekerjaan susah. Lewatlah dari jalan lingkar Klaten, sampai menemukan perempatan yang memiliki plang arah Rawa Jombor. Jelas terpampang. Sekitar 6 km dari Klaten. Di tengah perjalanan, anda akan menikmati khasanah panorama sawah hijau membentang luas dan alam pedesaan lainnya yang khas. Menggunakan kendaraan pribadi lebih direkomendasikan karena angkutan umum jarang menuju ke sana. Maka, sempatkanlah Anda beserta orang tercinta untuk berekreasi ke Rawa Jombor. Sajian pemandangan yang indah beserta kuliner warung apung dan religi ngalap berkah dibumbui romantika hidup bersahaja masyarakat di karambanya, menjadi kepuasan diri saat berkunjung ke Rawa Jombor. Dan, pagi hari ialah lebih baik.

Jelajah Anak rawa Part 1.

Let's go broooooOOOO

Hai traveler.. Pernah denger mengenai legenda rawa pening? Ternyata rawa pening beneran ada lho. Menurut legenda, Rawa Pening terbentuk dari luapan air yang berasal dari cabutan lidi yang dilakukan oleh Baru Klinting. Rawa Pening terletak di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah yang berada di wilayah Kecamatan Ambarawa, Bawen, Tuntang, dan Banyubiru.
sumber: www.kampungrawaambarawa.blogspot.com
sumber: www.kampungrawaambarawa.blogspot.com
Di rawa ini traveler dapat menikmati keindahan panorama alam berupa hehijauan tanaman dan pegunungan yang menjulang tinggi. Pengunjung dapat menyewa perahu tradisional untuk menelusuri sekitar rawa. Bagi pecinta fotografi, tempat ini bisa dijadikan sebagai destinasi untuk berburu obyek-obyek menarik yang layak diabadikan seperti momen sunrise, pemandangan burung-burung beterbangan, dan tentunya keindahan panorama alamnya. Yang suka mancing juga bisa lho mancing disini.
sumber: www.kotawisataindonesia.com
sumber: www.kotawisataindonesia.com
Selain sebagai tempat wisata, rawa pening berfungsi sebagai tempat budidaya ikan, pengairan, dan penghasil enceng gondok yang digunakan sebagai bahan kerajinan seperti tas.
Loket wisata disini dibuka mulai pukul 08.30 pagi hingga pukul 21.00 malam. Saat malam hari pun traveler dapat menikmati ikan bakar di kedai-kedai yang ada di sekitar rawa pening.